Pusat Kajian Filsafat dan Teologi (PKFT) Tulungagung adakan diskusi Kongkow Bareng Mahasiswa (Kobam) pada hari Selasa, 03 September 2024. Acara diselenggarakan di Kafe Jong Java Tulungagung dengan menghadirkan Mohamad Syafi’ Alielha, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Media, IT & Advokasi. Perdiskusian ini membincangkan semangat melahirkan penulis santri muda hingga strategi pengelolaan media digital.

Kobam PKFT kali ini mengusung tema “Strategi Pengelolaan Media Digital berbasis Komunitas agar Tetap Eksis”,  dengan Rahiiq Al-Bachri sebagai pemandu jalannya diskusi yang diawali memaparkan profil pemuda “nyentrik” yang kerap disapa Savic Ali – sapaan akrab Mohamad Syafi’ Alielha. Savic Ali selain sebagai ketua PBNU, ia juga merupakan direktur dari NU Online – media milik PBNU, dan pendiri website Islami.co.

Dalam memulai argumentasi, Savic Ali memaparkan bahwa pentingnya media dalam komunitas untuk sarana publikasi dan eksistensi komunitas. Ia menceritakan tentang perjalanan spiritnya dalam mengelola media NU Online dan Islami.co yang ia dirikan. Tidak lupa ia juga menggambarkan bagaimana jatuh bangun media NU Online selama rentang tahun 2003 – 2009.

“Dulu pada rentang tahun 2003 – 2009, pembaca NU Online tidak semasif sekarang. Waktu itu masih banyak warga nahdliyin yang masih asing dengan internet dan media massa. Bahkan kolom komentar waktu itu malah dipenuhi oleh warga di luar nahdliyin” ucap pemuda kelahiran Pati tersebut. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2009 pengguna smartphone mulai banyak, tetapi belum sebanyak sekarang.

Savic Ali menyampaikan bahwa media massa baru mulai berkembang pada tahun 2011. NU Online hadir sebagai sarana kaderisasi melahirkan penulis muda dari kalangan santri. Bertolak dari proses yang panjang itu, dirinya membuat terobosan baru untuk selalu menjaga konsistensi pergolakan media informasi pada masa itu. Salah satu caranya yaitu dengan membangun jaringan dan relasi. “Setelah saya menjalin networking yang baik, mulai ada beberapa orang yang berminat untuk menjadi kontributor di NU Online ungkapnya.

Seiring dengan itu, Islami.co didirikan sebagai sarana untuk membuat orang yang bukan NU terpapar dan respect dengan gagasan-gagasan NU. Sebagai bentuk profesional dan menjaga otentifikasi antara NU Online dengan Islami.co, Savic Ali menambahkan Islami.co adalah media untuk menampung tulisan-tulisan yang kiranya tidak bisa dimuat di NU Online. “Saya tidak ingin NU Online tercampur oleh paradigma berpikir pribadi saya. Saya mau NU Online menggunakan paradigma nahdliyin pada umumnya. Untuk menampung paradigma pribadi saya, saya akan tuangkan di Islami.co” ujarnya.

Dalam strategi transformasi pengelolaan media, direktur NU Online menyampaikan pengelolaan media digital didasarkan dengan hal yang dibutuhkan oleh warga. Ia menuturkan, “adanya aplikasi NU Online tidak hanya perpindahan dari website ke bentuk aplikasi yang menyajikan berita, tetapi perlu fitur-fitur yang memang dibutuhkan rutin oleh warga NU seperti ada Al-qur’an, tahlil, kalkulator zakat, peta lokasi makam dan sebagainya” ucapnya.

Pengembangan media bisa menggaet lembaga dengan visi yang sama untuk membentuk ekosistem dan pada era internet seperti sekarang ini disampaikan Savic Ali bahwa siapapun bisa menulis dimanapun. Di akhir sesi, ia menekankan jika seorang atau komunitasnya ingin dikenal khalayak umum, maka menulis adalah cara yang paling jitu. “Jika ekosistem menulis di PKFT itu unggul, maka PKFT saya yakin bukan hanya masyhur di wilayah Tulungagung, namun juga sampai ke kancah nasional” pungkasnya pada closing statement.

 

Hilmy Harits Putra Perdana

Santri Pusat Kajian dan Filsafat Teologi Tulungagung