Secara umum, manusia memiliki lima indera yang
penting untuk aktivitas sehari-hari, salah satunya adalah pendengaran. Setiap
hari kita mendengar berbagai suara yang masuk telinga kita dan tanpa disadari diproses oleh otak.
Salah satu suara yang sering kita dengarkan
adalah musik, baik
didengar secara sengaja maupun tidak. Musik adalah kombinasi melodi dari berbagai instrumen yang disusun dengan
cara yang sistematis, sehingga menghasilkan suara yang nyaman didengar.
Kenyamanan ini sering membuat orang terhanyut.
Alhasil ia hampir melupakan esensi dari musik itu sendiri. Dalam hal ini, manusia merasakan musik
agar terhibur dalam merasakan lika-liku kehidupan. Musik juga sering
didengarkan ketika mendapat masalah, sebagai teman belajar, teman nongkrong
diwarung kopi, teman ice breaking
diwaktu acara, dan masih banyak aktifitas manusia yang ditemani oleh musik.
Dilihat dari sejarah, musik telah berkembang
sejak lama. Menurut catatan sejarah perkembangan musik sudah ada jauh sebelum
benua Amerika ditemukan oleh Chrisopher Colombus pada tahun 1492
Penjelasan ini akhirnya menyeret kita beralih
ke benua eropa yang digadang-gadang telah mengembangkan musik jauh sebelumnya.
Penjelasan tentang eropa ini menyangkut beberapa wilayah yakni Italia, Jerman,
Prancis, Australia, dan Inggris (Supriyadi, 2019).
Belakangan ini, ada sesuatu yang menarik
perhatian di dunia musik, yaitu tentang genre musik komedi atau yang dikenal
dengan komedi musikal.
Genre ini menyajikan unsur komedi atau humor
dalam musiknya seperti rock, pop, jazz, dan lain-lain. Meski bukan genre baru,
musik komedi mulai muncul kembali di berbagai media sosial akhir-akhir ini.
Musik komedi merupakan serapan dari sebuah
pertunjukan seperti opera ringan yang berevolusi dan menyisihkan ke bentuk
musik sendiri. Sejarah mencatat musik komedi sudah ada sejak abad pertama di
Yunani dan Roma kuno hingga Abad Pertengahan
Di samping itu, komposer telah mengembangkan
berbagai teknik untuk menciptakan efek komedi dalam musik, seperti penggunaan
lirik lucu, parodi, dan penggabungan elemen-elemen unik–tidak umum.
Ini menunjukkan betapa kreatifnya para musisi
yang berani menyisipkan humor ke dalam karya mereka dengan berbagai metode.
Hasilnya, musik komedi menciptakan beberapa subkategori, termasuk parodi musik,
lagu-lagu humor, komedi rock, dan komedi hip-hop.
Kombinasi komedi dan musik tentu memiliki
hubungan tersendiri yang menciptakan keselarasan di antara keduanya. Komedi
adalah seni yang berhubungan dengan situasi-situasi lucu atau menggelikan,
sementara musik adalah seni yang melibatkan ritme, melodi, dan harmoni suara.
Unsur seni inilah yang memungkinkan komedi dan
musik saling terkait. Namun, menurut penulis, ada satu aspek lagi yang relevan dalam hal ini, yaitu aspek emosional.
Selain itu, tujuan komedi dan musik sendiri
sama-sama ingin memunculkan atau membangkitkan reaksi emosional dari seseorang
yang nantinya sebagai respon atas apa yang tengah dirasakannya (Walton, 1993).
Tanpa kita sadari bahwa musik sendiri
mempunyai suatu keunikan istimewa yang mana manusia menciptakannya sebagai
salah satu bentuk penyampaian emosi dan mengatur emosi (Johansson, 2006).
Dari reaksi emosional terkadang juga muncul
reaksi psikologis, karena kedua hal tersebut saling berkaitan satu sama lain. Sudut
pandang dari psikologi sudah banyak yang membuktikan adanya fungsi dari musik
itu sendiri.
Berbagai penelitian dan teori akhirnya
terkerucut menjadi empat dimensi yakni: fungsi sosial, fungsi emosional, fungsi
kognitif, fungsi yang berhubungan dengan gairah
Dalam salah satu penelitian empat dimensi ini
diselaraskan kembali sehingga menghasilkan tiga dimensi saja antara lain:
fungsi kognitif (kesadaran diri), fungsi sosial/budaya (keterhubungan sosial),
fungsi gairah (regulasi gairah dan suasana hati),
Ketiga aspek ini memiliki berbagai fungsi,
seperti mencerahkan suasana hati, mengekspresikan perasaan, membantu memahami
pikiran dan emosi, serta membuat seseorang merasa lebih gembira dan
meningkatkan mood.
Namun, dalam kenyataannya, psikologi musik
belum menemukan perbedaan yang signifikan antara suasana hati dan emosi yang
terkait dengan musik dibandingkan dengan beberapa konsep lain. Hal ini masih
menjadi topik perdebatan hingga saat ini. (Schellenberg dan kapteina, 2010).
Nada Bilhaqi
Santri Pusat Kajian Filsafat dan Teologi