Balada Kakek Tua
Air mengaum seperti hantu
Ombaknya cepat tidak ada memar,
Saat itu pecah dan tenggelam tak berperasaan, pikiran beku,
Berderu, berteriak sepanjang waktu.
Dibalik ombak, di perut lautan
Duduk seorang lelaki tua, pucat karena usia.
Menari saat bulan datang
Bintang mengguncang nebula dengan sia-sia.
Seperti hantu dia keluar dan lari
Menyesap sungai dari laut sampai berombak.
Ombak, setiap titik adalah pembunuh
Menghancurkan tulang kecilnya yang rapuh riak air berombak,
Robek tubuhnya seperti anak panah;
Pria kecil itu meringis pahit dan getir,
Tarian bulan dicuri oleh matahari.
Kemudian air mengaum seperti hantu, ombaknya cepat tidak ada memar,
Saat jatuh dan tenggelam tak berperasaan, pikiran beku,
Berderu, raungan, sepanjang waktu
Akhmad Nur Khoiri
Indah taman Semantan
Aku berjalan pada
taman di antara lembah gunung yang tinggi
Berjalan bersama
banyak merpati
Bersama menggapai Asa
yang tinggi
Mulanya tidak ada
Merpati yang membangun Arti
Namun sewaktu aku
berlepas dan ingin undur diri
Seekor merpati terbang
membawa hati
Namun sang merpati
kini telah pergi
Berpindah ke lain hati
Entah siapa tuannya
kini
Aku hanyalah seekor
merpati
Yang berusaha mencari
cinta sejati
Untuk terbang tinggi sambil
mengicaukan nada-nada lagi indie
Calvyn Dwi K (Ottopious)
Berkecamuh dalam suka dan luka
Soreku temui sayu
Yang tercipta dalam kalbu
Mengorek cerita lama
Impikan hal yang telah Sirna
Lengkungan pada rasa
Membelok membentuk luka
Sayup dalam diam
Diri ingin bersemayam
Meraba satu cerita lama
Mereplika bentuk Lara
Menjelma menjadi penguasa
Menindas hati dan logika
Diri menatap surya
Menatap hilangnya dalam bentuk senja
Itulah keindahan akhir cerita
Yang tak sepahit cerita Dinda dan Kanda
Silvia Ahmidah