Dunia pendidikan saat ini menjadi barang penting bagi setiap anak,
entah mereka yang berasal dari kaum elite sampai rakyat jelata menginginkan
anak mereka bisa bersekolah dengan layak agar kehidupan anak-anak mereka bisa
lebih baik di masa depan.
M Idris
(2008) jika kita menelisik lebih dalam dunia pendidikan saat ini, terdapat
kecacatan di berbagai lini. Baik dari sistem pendidikan yang ada,
sampai para pelaku pendidikan yang masih menggunakan praktik pendidikan yang
menindas atau yang disebut pendidikan gaya bank.
Paulo Freire (2000), menjelaskan bahwa pendidikan gaya bank ini merupakan suatu konsep penindasan terhadap
murid, dimana para murid dianggap sebagai objek yang sangatlah bodoh dan tidak
mengetahui apapun. Adapun sebaliknya seorang guru dianggap bak seorang dewa,
dan mengetahui segalanya sehingga para murid dipaksa untuk menerima segala
pelajaran yang diajarkan kepada mereka.
Freire mengemukakan konsep pemikiran ini dilatar belakangi oleh
situasi yang terjadi di tempat tinggalnya, dimana kota yang menjadi tempat
tinggal bagi Freire terdapat banyak sekali kesenjangan sosial yang
mengakibatkan penindasan kepada rakyat kelas bawah sering kali terjadi.
Dalam konsep ini, murid dianggap bagai celengan yang masih kosong
dan guru yang menjadi pengisi dari celengan kosong tersebut. segala pelajaran
akan disampakan guru kepada para murid tanpa memberikan kesempatan murid untuk
berpikir kritis dan memberikan pendapat mereka mengenai penjelasan dari guru,
sehingga nalar kritis seorang murid tidak dapat berkembang dan langsung
menerima mentah-mentah segala pelajaran yang mereka terima.
Mirisnya, konsep pendidikan seperti ini
banyak ditemui di sekolah-sekolah yang diisi para murid-murid yang berasal dari
kelas bawah yang mana murid-murid tersebut di masa depan hanya menjadi buruh-buruh
pabrik yang ditindas oleh atasan mereka. Sehingga, pendidikan yang diimpikan
dapat memberikan masa depan yang cerah tersebut bak mimpi di siang bolong yang
tak akan pernah tercapai.
Paulo Freire memberikan kritik yang tajam kepada konsep pendidikan
gaya bank ini. Menurut Freire, dialog menjadi suatu barang penting dalam proses
belajar mengajar, karena dalam berdialog akan timbul pemikiran-pemikiran kritis
dari para murid dan rasa ingin tahu para murid menjadi sangat tinggi karena
pada konsep ini guru bukan lagi sebagai sumber primer dalam kegiatan belajar
mengajar.
Konsep pendidikan yang dikemukakan Freire sering disebut sebagai
pendidikan yang membebaskan. Konsep pendidikan ini memberikan keleluasaan bagi
para murid untuk dapat explore dan lebih berpikir kritis. Karena bagi
Freire kebebasan bukanlah “diberikan” tetapi “didapatkan” .
Untuk mencari hingga mendapatkan kebebasan sebagai wujud dari
perlawanan dari penindasan, perlu adanya sumber dari penyebab penindasan,
kemudian dilakukan gerakan perubahan yang menimbulkan terbentuknya manusia yang
utuh.
Dari konsep kebebasan dalam dunia pendidikan yang dikemukakan
Freire, bisa kita aplikasikan di dalam dunia perpolitikan kampus. Dimana para pimpinan oranisasi yang bisa kita anggap sebagai guru
seringkali memberikan kebijakan dan aturan yang memberikan keuntungan bagi
mereka dan menindas para mahasiswa lainya yang bisa kita anggap sebagai murid
untuk dipakasa mematuhi dan menuruti segala kebijakan dan aturan yang ada.
Kebijakan dan aturan-aturan yang mereka
buat tidak lain dan tidak bukan untuk kepentingan kelompok mereka, agar kursi
kepemimpinan akan terus berada pada lingkaran kelompok mereka tanpa pernah bisa
direbut oleh lawan politik.
R.V Fadli (2020) memaparkan bahwa konsep politik
seperti ini tidaklah sehat dalam menjalakan roda demokrasi. Dimana yang berada
pada tampuk pemerintahan selalu berada pada golongan yang sama baik didalam
lembaga eksekutif maupun legislatif. Sehingga aturan yang dibuat oleh lembaga
legislatif dibuat secara sewenang-wenang demi kepentingan golongan. Lembaga eksekutif
yang menjalankan aturan-aturan pun tak jauh berbeda bobroknya, dimana mereka
bisa merauk keuntungan sebesar-besarnya dari berbagai proyekan dalam setiap
acara yang dibuat tanpa pernah takut melanggar aturan.
Jika hal seperti ini terus menerus
dibiarkan tanpa adanya pengawalan dari para mahasiswa akan menjadi sebuah lingkaran
setan dan tak akan pernah terputus bagaimanapun caranya. Hal ini bisa terjadi
karena rezim yang sudah lama dibangun sangatlah kuat dan mereka akan menghalalkan
segala cara demi terus berjalannya rezim.
Hal yang bisa kita lakukan untuk mencapai
kebebasan dari segala penindasan yang ada adalah melawan. Ikut terjun dalam
perpolitikan ubah segala aturan yang dibuat dengan sewenang-wenang, rebut berbagai
titik strategis yang dapat melemahkan kekuatan rezim yang berkuasa.
Dengan semakin lemahnya rezim, demokrasi
yang sehat dapat dijalankan sebagaimana mestinya. Sehingga para kaum yang haus
akan kursi kekuasan demi proyek acara-acara kampus yang selama ini diisi
orang-orang sakit tidak lagi dikuasai oleh mereka
Oleh karena itu, kepada seluruh mahasiswa yang tertindas, perlu
adanya perubahan untuk mencapai suatu kebebasan. Kita sebagai mahasiswa
seyogyanya perlu memiliki paradigma kritis, transformatif agar dapat mengawal
para pimpinan dalam menjalankan amanah menggerakkan roda pemerintahan kearah
yang lebih baik, sehingga mereka tidak lagi membuat berbagai kebijakan dan
aturan yang sewenang-wenang.
Betran Febriansah
Pusat Kajian Filsafat dan Teologi